PERILAKU KONSUMEN DALAM BERBELANJA PADA SUPERMARKET DI YOGYAKARTA

0

Arif Sudaryana*)

Abstrak

Penelitian ini meneliti tentang perilaku konsumen dalam berbelanja pada

supermarket di Wilayah Yogyakarta dengan tujuan penelitian yaitu:

1) Untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam

berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta,

2)Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam memilih suatu supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Yogyakarta, menggunakan sampel sebanyak 90 orang yang diambel secara accident sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilengkapi dengan skala interval dari Likert dengan interval 5 rentangan yang diuji validitas serta reliabilitasnya. Untuk mencapai tujuan, analisis digunakan analisis regresi dan kontigensi.

Hasil penelitian menunjukkan hubungang yang signifikan antara manfaat yang ditawarkan dengan intensitas berbelanja serta adanya perbedaan perilaku dalam

mencari manfaat berbdasarkan berbagai karakteristik konsumen

Latar Belakang

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya (Stanton) seperti bertahan hidup, memperoleh keuntungan dan berkembang. Tujuan tersebut akan dapat dicapai manakala perusahaan mampu menciptakan, mengantarkan serta mengkomunikasikan nilai melalui sebuah produk sehingga dapat meraih, mempertahankan pelanggan. Sehingga bidang pemasaran adalah merupakan bidang pengambilan keputusan yang sulit bagi perusahaan. Karena masalah pemasaran tidaklah memperlihatkan ciri-ciri kuantitatif murni dari masalah-masalah produksi, akuntansi atau keuangan. Berbagai variabel psikologis konsumen memainkan peranan penting dan besar dalam perencanaan pemasaran serta membentuk dan berinteraksi dalam fungsi bisnisnya. Pemahaman tentang bagaimana konsumen menanggapi tawaran perusahaan, memilih serta memutuskan produk yang akan dibeli adalah merupakan kunci sukses dalam pencapaian tujuan perusahaan. Untuk memahami konsumen dimulai dengan memahami kebutuhan dan keinginan yang menjadi motivasi karena motivasi merupakan salah satu faktor psikologis kiranya perlu memperoleh perhatian sebab motivasi yang ada akan mendorong kebutuhan dengan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi suatu produk (Engel, Blackwell, Miniard,1993.).

Pemahaman motivasi konsumen dapat diperkirakan perilaku yang akan diekspresikan oleh konsumen sehingga pemasar dapat merancang rangsangan yang lebih tepat sehingga dalam melayani konsumen akan lebih baik dibanding pesaingnya. Oleh karena itu memahami perilaku konsumen terutama variabel kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai motivasi adalah syarat mutlak bagi keberhasilan perusahaan.

Pada kondisi sekarang ini dengan adanya tuntutan waktu yang semakin sempit serta bergesernya budaya maka waktu yang tersedia untuk mencari alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga berubah. Didalam memilih tempat berbelanja biasanya pembeli menghendaki tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal, cukup strategis untuk dilalui dan mudah dicapai apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak serta tempat parkir yang luas dan aman. Supermarket yang cerdik akan memilih lokasi dimana penghasilan penduduk yang stabil, terjamin dan tinggi. Jadi jumlah penduduk di sekitar lokasi akan menentukan jumlah calon langganan supermarket itu. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa lokasi supermarket memainkan peranan penting bagi suksesnya supermarket tersebut, sebab ia menentukan besarnya penjualan dan laba. Lokasi yang baik seringkali dapat menutup kelemahan pengelolaan, tetapi lokasi yang jelek dapat menjadikan kegagalan walaupun dikelola pengusaha yang paling trampil sekalipun (Basu Swastha Dh . 1987). Selain lokasi, pemilihan tempat untuk belanja bagi konsumen juga sering menginginkan aspek yang lain seperti kesenangan sebagai pleseiur. Motivasi konsumen akan dapat diketahui dari preferensi konsumen dalam memilih produk, karena preferensi konsumen atas atribut suatu produk merupakan manifestasi dari motivasi konsumen atas produk tersebut (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Motivasi yang ada akan mendorong proses dalam menentukan pilihan diantaranya berbagai alternatif dari kegiatan suka rela (Vroom dalam Gibson, Ivancevich dan Donelly, 1982).

Rumusan Masalah

Dalam memperoleh kepuasan diri untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya, seseorang pasti memiliki alasan tertentu. Dari uraian diatas dapat ditentukan yang

menjadi pokok permasalahannya adalah “Bagaimana perilaku konsumen dalam

berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta “.

Kajian Pustaka

  1. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan

kegiatan individu yang terlibat dalam pemilihn, evaluasi, perolehan, penggunaan dan mendpatkan barang dan jasa Loudon & Della Bitta). Sehingga perilaku konsumken merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu maupun kelompok yang berkiatan dengan proses pengambilan keputusan utnuk memperoleh dan menggunakan

suatu produk yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu variabel

individual yang mempunyai pengaruh langsung terhadap proses pengambilan keputusan pembelian adalah motivasi. Kiranya bagi pemasar harus memahami variabel motivasi ini karena dengan memahami motivasi bagi pemasar akan dapat memahami mengapa konsumen berperilaku tertentu, membeli produk tertentu. Dengan memahami motivasi konsumen ini maka pemasar akan dapat menyusun rangsangan pemasaran secara lebih baik.

Perilaku yang bermotivasi diawali dengan pengenalan kebutuhan (Engel,

Backwell, Miniard, 1993). Kebutuhan yang dirasakan akan membangkitkan untuk berperilaku yang diperkirakan memiliki kemungkinan terbesar untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Bayton, 1982). Kebutuhan yang dirasakan akan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Jadi dengan kata lain setiap perilaku / kegiatan seseorang diarahkan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam memperoleh kepuasan sedangkan motivasi yang memberi tenaga, menggerakkan, mendorong agar seseorang berperilaku. Sehingga perilaku yang dimunculkan oleh konsumen adalah merupakan perwujudan dari adanya motivasi dari dalam diri konsumen tersebut. Perilaku yang dapat diamati oleh pemasar adalah seperangkat dari keputusan pemilihan suatu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan dan keinginanya.

  1. Mengidentifikasi Kebutuhan

Proses membeli diawali dengan kesadaran pembeli adanya masalah kebutuhan. Kebutuhan timbul karena perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan adalah kekuatan salah satu bagian otak untuk mengatur dan mengarahkan perilaku, akal dan tubuh agar dapat mempertahankan keadaan terbaik organisme itu ( McNeal dan McDaniel, 1982). Kebutuhan menyusun dan mengarahkan pikiran, perilaku termasuk perilaku konsumen agar dapat mempertahankan kondisi terbaik ( McNeal dan McDaniel, 1982). kebutuhan menentukan penilaian, pemikiran, kecenderungan, keinginan untuk berbuat dan tindakan konsumen. Kebutuhan mengarahkan dan menentukan perbuatan konsumen ( McNeal dan Mcdaniel , 1982).

Kebutuhan yang dirasakan akan membangkitkan untuk berperilaku yang diperkirakan memiliki kemungkinan terbesar untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Bayton, 1993). Kebutuhan yang dirasakan oleh pembeli akan menentukan penilaian, pemikiran, kecenderungan, keinginan untuk berbuat dan tindakan konsumen (McNeal and McDaniel. 1982). Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menjadikan tanggapan yang berbeda atas stimuli yang diterima karena kebutuhan akan menentukan

perilaku organisme (McNeal and McDaniel. 1982). Keberadaan motivasi adalah

mengacu pada kebutuhan pembeli. Dengan kata lain adanya motivasi karena kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak sehingga memotivasi orang untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut (McClelland dalam Gibson, Ivancevich, Donelly. 1982). Motivasi yang akan bertindak sebagai kekuatan yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan sebagai pemuncul tingkah laku (Woodworth dalam Koeswara, 1989). Dalam pemilihan produk oleh konsumen tidak lepas dari kebutuhannya sebab adanya kebutuhan akan mengarahkan pemikiran dan perbuatan. Kebutuhan akan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Sehingga dengan mengenali kebutuhan konsumen maka dapat memprekdisikan perilaku konsumen karena konsumen tidak akan membeli suatu produk jika tidak memuaskan kebutuhan.

Kebutuhan manusia dibagi menjadi dua yaitu : (1) kebutuhan yang berasal dari tegangan-sistem yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, sex; (2) kebutuhan berdasarkan tegangan sistim yang terdapat dalam kondisi subyektif kejiwaan seseorang (kebutuhan psikologis) yang berkaitan dengan kebutuhan psikogenik (Bayton, 1982). Kebutuhan psikogenik dibagi menjadi tiga yaitu : (1) kebutuhan kasih sayang mempertahankan bentuk hubungan hangat dan harmonis serta memuaskan secara emosional; (2) kebutuhan peningkatan diri yang berkaitan dengan prestise pengakuan, kepuasan dengan mempengaruhi orang lain; (3) kebutuhan perlindungan, melindungi pribadi dari ancaman fisik dan psikologis, mencegah kehilangan muka, hilangnya prestise, aman dari kecemasan (Bayton, 1982).

Tidak setiap kebutuhan yang disadari akan memotivasi organisme untuk melakukan tindakan selanjutnya (Engel. Blackwell, Miniard, 1993; Loudon and Della Bitta, 1993). Hasil pengenalan kebutuhan akan mendorong organisme untuk berperilaku lebih jauh untuk pemecahan masalah jika kebutuhan yang dikenali cukup penting dan pemecahan kebutuhan tersebut dalam batas kemampuannya (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa sesudah konsumen mengidentifikasi masalah akan melakukan proses lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat pentingnya kebutuhan tersebut serta sumber daya yang dimiliki oleh konsumen. Agar kebutuhan menjadi cukup penting maka kebutuhan perlu didorong agar memenuhi suatu motif (Basu Swastha dan Hani H, 1987). Karena tanpa adanya dorongan tidak akan ada kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan mekanisme-mekanisme yang bertindak sebagai pemuncul tingkah laku (Woodworth dalam Koeswara, 1989). Dorongan akan mengaktifkan tingkah laku dalam rangka mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme (Clark Hull dalam Koeswara, 1989).

Untuk pemenuhan kebutuhan konsumen akan diekspresikan dengan pembelian suatu produk. Produk dalam arti sempit didefinisikan sebagai kumpulan atribut dan sifat kimia yang secara fisik dapat diraba dalam bentuk nyata. Dengan demikian setiap kategori barang mempunyai nama yang berbeda-beda, seperti : sepatu, sabun, apel dan lain-lain. Suatu keadaan dapat menciptakan produk menjadi produk yang baru yaitu mengadakan perubahan fisik, seperti : desain, warna, ukuran, bungkusan, dan sebagainya. Jadi secara singkat dapat dikatakan : barang atau produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan kebutuhannya (Basu Swastha Dh. , 1987).

Dari perspektif pemasar, atmospherics suatu supermarket dapat mempunyai sejumlah efek yang diharapkan pada konsumen. Pertama, atmospherics dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian, untuk produk yang mungkin saja terabaikan. Kedua, lingkungan eceran dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai supermarket kepada konsumen, seperti suasana dan penempatan dapat pula mendatangkan reaksi emosi tertentu dari konsumen (misalnya : kesenangan dan kegairahan).

Keputusan konsumen sehubungan dengan pemilihan dalam pembelian suatu produk sangat dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dimiliki (Engel, Blackwell, Miniard, 1993; Kotler, 1994). Sumber daya ekonomi seperti pendapatan adalah variabel utama yang harus dianalisis di dalam studi perilaku konsumen (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Pendapatan adalah fungsi dari konsumsi dan tabungan sehingga kemampuan konsumen dalam konsumsi maupun menabung sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

  1. Beberapa Macam Pedagang Eceran
  2. Supermarket / Pasar Swalayan

Di jaman sekarang supermarket banyak didirikan di kota-kota kecil maupun kota besar untuk melayani pembeli. Di kota Yogyakarta diantaranya juga banyak berdiri berbagai supermarket baik di Jalan Solo maupun Jalan Malioboro yang merupakan daerah jantung kota. Selain itu berbagai supermarket juga banyak berdiri tidak hanya dijantung kota namun diberbagai sudut kota. Banyak orang tahu apa itu supermarket tetapi secara definitif sebenarnya mereka belum tahu. Supermarket atau pasar swalayan didefinisikan sebagai pranata penjualan eceran yang berstruktur departemental yang menjajakan aneka macam barang dagangan (mencakup makanan dan minuman, daging, sayur mayur, dan produk-produk hasil pabrik pengolahan susu), dan kebanyakan beroperasi atas dasar swalayan dengan pelayanan ke konsumen yang sesedikit mungkin, penawaran harga menawan dan ada tempat parkir yang luas (Stanton, 1991). Biasanya toko ini berkembang menurut kebutuhan dengan desain interior yang menarik. Jenis barang yang dijual juga semakin berkembang, tidak lagi barang kebutuhan rumah tangga saja tetapi juga obat-obatan, alat-alat kecantikan, buku, majalah, alat-alat musik dan lain-lain. Dari definisi di atas karakteristik supermarket atau pasar swalayan adalah sebagai

berikut:

1) Persediaan barang cukup

2) Pengaturan barang dibagi kelompok demi kelompok

3) Harga tertera dengan jelas

4) Penjaga siap untuk ditanya mengenai jenis dan tempat barang

5) Parkir untuk membantu kemudahan

6) Tersedia alat untuk membawa barang-barang yang dibeli 7) Tempat pembayaran sekaligus siap menyerahkan barang

8) Untuk keamanan disediakan tempat penitipan tas atau barang tertentu

Dengan demikian, setelah kita mengetahui definisi maupun karakteristik di atas maka sekarang kita dapat membedakan antara supermarket dengan toko-toko lainnya.

  1. Departemen Store

Supermarket atau pasar swalayan dengan departemen store hampir serupa dalam hal harga rendah, volume penjualan tinggi dan pelayanan yang terbatas. Perbedaan utamanya antara konsep supermarket dan departemen store terletak pada kapasitas memenuhi kebutuhan konsumen (Stanton, 1991). Supermarket memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan, produk pembersih rumah dan cuci mencuci. Departemen store dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama dan ditambah

dengan kebutuhan yang  lainnya. Pada departemen store kelemahannya adalah diperlukan dana yang lebih besar tetapi kelebihannya yaitu mempunyai kemampuan menjual aneka macam produk.

  1. Discount House (Toko potongan harga)

Bentuk penjualan seperti ini dari mengadakan peninjauan ulang pada metode operasi eceran dan terstruktur penetapan harga yang sedang berjalan. Discount house dapat didefinisikan sebagai toko yang menjual aneka ragam barang-barang merek terkenal (perabotan, pakaian, perlengkapan olah raga, perlengkapan rumah dan perhiasan). Mereka menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga umum (Stanton, 1991).

Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yaitu : ” Adanya hubungan antara

karakteristik supermarket seperti kelengkapan produk, pelayanan, situasi, serta

kemudahan dengan perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket.”

Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta

  1. Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam memilih suatu

supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta. Kebutuhan dan keingginan akan mendorong konsumen untuk berbelanja pada supermarket tersebut. Jika dorongan kuat, maka konsumen akan sering berbelanja pada supermarket tersebut, karena supermarket tersebut mempunyai atribut sesuai dengan kebutuhan dan keingginan Variabel yang

digunakan terdiri dari dua macam variabel, yaitu :

  1. Variabel Independent (bebas) sebagai motivasi konsumen.

Seseorang berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta, karena supermarket tersebut mempunyai atribut yang memenuhi kebutuhannya sehingga mendorong konsumen untuk berbelanja. Atribut supermarket tersebut diidentifikasikan sebagai manfaat yang dicari untuk memenuhi kebutuhan dalam berbelanja adalah

sebagai berikut :

  1. Kemudahan berbelanja yang diberikan oleh supermarket

Atribut kemudahan dalam berbelanja meliputi lokasi yang mudah dijangkau, sarana transportasi yang mudah/lancar dan juga tersedianya tempat parkir yang cukup dan

aman

  1. Keanekaragaman Produk yang ditawarkan oleh supermarket

Atribut produk yang ditawarkan meliputi kelengkapan dan keanekaragaman produk

yang ditawarkan serta jaminan kualitas

  1. Situasi yang diciptakan oleh supermarket

Atribut situasi meliputi penataan ruang, barang aksesoris, warna yang menarik serta kelancaran arus dalam berbelanja.

d.Pelayanan yang diberikan oleh supermarket

Atribut pelayanan meliputi pelayanan yang cepat, memuaskan penuh perhatian,

keramahan. Keahlian

  1. Harga yang ditetapkan oleh supermarket

Atribut harga yang ditawarkan oleh supermarket dirasakan oleh konsumen tidak mahal, sesuai dengan kualitas barang.

  1. Variabel Dependen (terpengaruh) sebagai variabel perilaku

Manivestasi dari perilaku         konsumen adalah preferensi konsumen dalam

berbelanja. Jika konsumen merasa terpenuhi dalam berbelanja pada suatu supermarket maka akan melakukan pembelian ulang. Sehingga untuk menilai perilaku digunakan tingkat intensitas konsumen dalam berbelanja pada supermarket tersebut yang

dikategorikan sebagai berikut:

–     Kategori tinggi : adalah konsumen yang selalu berbelanja pada supermarket tersebut

–     Kategori sedang: konsumen hanya kadang-kadang saja berbelanja pada supermarket

tersebut

–     Kategori rendah: konsumen jarang membeli pada supermarket tersebut

Populasi dan Sampel

Populasi Dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja pada supermarket di Yogyakarta. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti ada 90 responden yang berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta dengan metode penyampelan adalah metode accident sampling yaitu siapa yang berbelanja dan kita temui untuk dijadikan sampel.

Metode Pengumpulan dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode surve dilakukan dengan pengambilan data melalui penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan ke obyeknya.

Sebagai alat instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner seperti yang ada pada lampiran. Dalam penyusunan kuisioner menggunakan skala yang mengacu pada skala likert dengan indeks nilai dari 1 sampai 5. Penggunaan skala pengukuran ini dengan pertimbangan bahwa skala tersebut sudah mempunyai interval. Variabelnya bersifat kontinue dan tidak dikotom. Dengan menggunakan ukuran yang mempunyai interval tersebut sudah memungkinkan untuk mengukur tingkatan motivasi yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Hal ini berarti, jika responden bermotivasi dalam maka jawaban mereka adalah setuju atau sangat setuju, sedangkan apabila jawaban mereka adalah ragu-ragu/netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju maka berarti tidak ada motivasi dalam berbelanja.

Metode Analisis

Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel motivasi dengan perilaku dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode analisis statisik:

  1. Analisis Regresi dan Korelasi:

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel independen dengan

variabel dependen, dengan model sebagai berikut :

Y = a +b1x1 +b2x2 +b3x3 +b4x4 +b5x5

Keterangan:

Y = sebagai variabel perilaku dalam berbelanja

X1 = sebagai variabel kemudahan dalam berbelanja

X2 = sebagai variabel keanekaragaman produk X3 = sebagai variabel situasi dalam berbelanja

X4 = sebagai variabel pelayanan yang diberikan

X5 = sebagai variabel tingkat harga yang ditetapkan

  1. Uji Kontigensi

Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel karakteristik konsumen dengan preferensi konsumen dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode

analisis statistik x2 (kai kuadrat/chi square test). Kegunaan metode ini adalah :

x2 = å k ( 0i – Ei )2

i=1      Ei

Analisa Dan Pembahasan

  1. Analisis Hubungan Manfaat Dalam Belanja Pada Supermarket Dengan Variabel-Variabel Perilaku.

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen yaitu variabel karakteristik supermarket terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja dengan model yang telah ditentukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Y= – 3,604 + 0,554×1 + 0,44×2 + 0,0075×3 + 0,103×4 + 0,46×5

r2              0,238               0,1616              0,0005        0,0092           0,1596

prob         (0,00001)        (0,00012)           (0,9495) (0,3784)          (0,0001)

t                5,13                4,024              -0,069            0,889            3,993

F ratio                : 37,271

Prob                  : 0,000001

Multiple R          : 0,830

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut dapat diketahui peranan masing-masing variabel motivasi secara terpisah terhadap intensitas pembelian konsumen pada supermarket adalah, bahwa kemudahan dalam berbelanja adalah variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang ditunjukan dengan nilai t hitung (5,13) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685) dengan besarnya pengaruh sebesar 0,554. Sedangkan untuk variabel keanekaragaman produk, berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (4,024) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685). dan mempunyai pengaruh sebesar 0,44. Variabel situasi dalam toko tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (0,069) lebih kecil dibanding dengan nilai t tabel (1,685). Untuk variabel pelayanan pada saat berbelanja adalah variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (0,887) lebih kecil dibanding dengan nilai t tabel (1,685). Variabel harga yang ditetapkan atas produk yang ditawarkan oleh supermarket adalah merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (3,993) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685).

Hasil analisis serentak dapat diketahui bahwa secara bersama-sama atau simultan kelima variabel tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap intensitas konsumen dalam berbelanja pada supermarket sebab nlai F rationya sebesar 37,271 dengan probabilitas sebesar 0,00001 atau 0,001 %. Walaupun jika dilihat secara individual atau terpisah variabel x3 dan x4 tidak signifikan sebagai variabel pengaruh dalam berbelanja tetapi jika bersama-sama kelima variabel tersebut adalah signifikan sebagai penaksir.

  1. Analisa Hubungan Karakteristik Konsumen Dengan Perilaku Dalam

Berbelanja

Dalam hal ini akan dibahas ada tidaknya hubungan antara berbagai karakteristik konsumen seperti tingkat pendapatan, Jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dengan manfaat yang dicari dalam berbelanja dengan menggunakan alat analisis chi kuadrat (x2) seperti tabel dibawah.

Tabel 1 : Distribusi tingkat pendapatan dan preferensi

Tingkat

Kemudahan

Keaneka Situasi Pelayanan Tingkat

Jumlah

Tinggi

Sedang Rendah Jumlah

3

12

6

21

produk

12

66

24

5

43

12

4

44

12

harga

27

12 21

26

33 31 90

Berdasarkan tabel diatas , selanjutnya dapat dihitung nilai harapan serta nilai dari chi

kuadrat (x2).

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan manfaat yang dicari, bahwa konsumen yang berpendapatan tinggi banyak memilih supermarket yang memberi keanekaan produk dalam berbelanja, sedang yang menengah adalah lebih banyak yang memilih karena kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang pendapatan rendah memilih karena tingkat harga yang sesuai dengan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan nilai dari x2 hitung = 16,456 dengan prob. 3,63%. Karena x2 hitung (16,456%) > x2 tabel (15,507) maka disimpulkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan preferensi atribut yang dicari dalam berbelanja.

Menggunakan analisis seperti diatas, dianalisis hubungan antara pekerjaan dengan manfaat yang dicari dalam berbelanja dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan preferensi manfaat yang diharapkan /dicari dalam berbelanja pada supermarket, diketahui bahwa konsumen yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri, memilih faktor harga sebagai atribut yang menentukan, sedangkan yang

pegawai swasta adalah kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang berstatus lainnya seperti ibu rumah dll adalah keanekaragaman produk yang disediakan sebagai atribut pilihannya yang dibuktikan dengan x2 hitung (19,004) > x2 tabel (15,507).

Hubungan tingkat pendidikan dengan manfaat yang diharapkan dalam

berbelanja dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan konsumen dengan kecenderungan manfaat yang dicari/diharapkan untuk diperoleh dalam berbelanja pada supermarket yang dibuktikan dengan nilai dari x2 hitung sebesar 6,746 sehingga karena x2 hitung (6,746) < tabel (15,507) sehingga dapat diketahui bahwa konsumen yang berpendapatan tinggi banyak memilih supermarket yang memberi keanekaan produk dalam berbelanja, sedang yang menengah adalah lebih banyak yang memilih karena kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang rendah karena tingkat harga yang sesuai dengan konsumen.

Penutup

  1. Kesimpulan
  2. Berdasarkan analisis terhadap pengaruh berbagai atribut secara individual, masing-

masing diketahui bahwa atribut kemudahan dalam berbelanja, keanekaragaman produk serta atribut harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja. Diantara variabel tersebut, atribut kemudahan adalah variabel yang paling besar pengaruhnya. Namun jika dilihat kelima variable tersebut secara simultan maka semua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan sehingga layak sebagai variabel prediktor.

  1. Hubungan karakteristik konsumen dengan manfaat yang dicari, ternyata ada

hubungan yang dignifikan antara jenis pekerjaan dan perbedaan tingkat pendapatan dengan kecenderungan memilih atribut yang ada pada supermarket sehingga perbedaan karakteristik akan memberikan perbedaan tanggapan atas setiap atribut yang ditawarkan oleh supermarket.

Arif Sudaryana – Perilaku Konsumen dalam Berbelanja pada Supermarket di Yogyakarta

80


  1. Saran
  2. Karena ada hubungan antara berbagai karakteristik konsumen dengan preferensinya

maka kategori tersebut dapat dipergunakan untuk membuat segmentasi pasar

sehingga dapat menentukan pasar sasaran yang lebih tepat

  1. Karena paling banyak pembeli pada suatu supermarket adalah masyarakat sekitar

yang tidak jauh serta kemudahan untuk berbelanja maka jika akan mendirikan supermarket sebaiknya pada daerah yang banyak penduduknya namun juga

mempunyai daya beli yang potensial serta jalur lalu lintas yang mudah

  1. keanekaan produk dalam suatu supermarket serta tingkat harga yang ditetapkan

harus diperhatikan karena variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

bagi konsumen dalam berbelanja

Arif Sudaryana – Perilaku Konsumen dalam Berbelanja pada Supermarket di Yogyakarta

81


DAFTAR PUSTAKA

Bayton. James A. (1982). “Motivation, Cognition, Learning-Basic Factors in Consumer

Behavior.” Dalam James U. McNeal and Stphen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Clasical and Contemporary Dimensins. Boston. Massachussets : Little Brown and Company.

Dharmestha, B. S. (1993). “Perilaku Berbelanja Konsumen Era 90an dan Strategi

Pemasaran.”jurnal Ekonomi dan Bisnis Indinesia no. 1 Tahun VII.

Engel, J. F; R. D. Blackwell; P. W. Miniard. (1992). Consumer Behavior. Florida.

Orlando : The Dryden Press.

Gibson, James L; J. M. Ivancevich; J. H. Donelly. (1982). Organizations. 4th Ed.

Business Publications Inc.

Diterjemahkan. Djoerban Wahid. Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta : Erlangga.

Koeswara. (1989). Motivasi : Teori dan Penelitiannya. Cetakan Kesepuluh, Bandung :

Angkasa.

Kotler, Philip. (1994).thMarketing Management : Analysis, Planning, Implementation,

And Control. 8 Ed. Englewood Cliffs. New Jersey : Prentice Hall International

Editions.

Loudon, D. L.; A. thJ. Della Bitta. (1993). Consumer Behavior: Concept and

Applications. 4 Ed. New York : McGraw Hill.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (Editor). (1989). Metode Penelitian Survai.

Edisi Revisi. Jakarta : LP3ES.

McNeal, James U, and Stephen W, McDaniel. (1982). “Murray’s Theory of Human

Needs: A Useful Guide To Understanding Consumer Behavior,” dalam James U, McNeal and Stephen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary Dimentions. Boston. Massachussets: Little Brown and Company.

Mindak, William A. (1992). “Fitting the Semantic Differential to the Marketing

Problem.” Dalam James U, McNeal and Stephen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary Dimentions. Boston. Massachussets: Little Brown and Company.

Petri, Herbert L. (1981). Motivation : Theory and Research. Belmont. California :

Wadsworth Publishing Company.

Sands, Saul. (1982). “Motivation Research in Marketing: Fact and Fancy.” Dalam

James U, McNeal and Stephen W, McDaniel (eds). Consumer Behavior :

Arif Sudaryana – Perilaku Konsumen dalam Berbelanja pada Supermarket di Yogyakarta

82


Classical and Contemporary Dimensions. Massachussets. Boston : Little Brown

and Company.

Tauber, Edward M. (1982). “Why do People Shop?” dalam James U, McNeal and

Stephen W. M. (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary

Dimensions. Boston. Massachussets : Little Brown and Co. hal 144-150.

Zeithaml, Valarie A. (1986). “Consumer Perception of Price Quality and Value : A

Means -End Model And Synthesis of Evidence.” Journal of Marketing. July, volume 52. number 2 Page 2-22.

Arif Sudaryana – Perilaku Konsumen dalam Berbelanja pada Supermarket di Yogyakarta

83

MELIHAT dan MEMBACA PELUANG PASAR

0

Potensi pasar adalah batas yang didekati oleh permintaan ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tak terhingga untuk lingkungan yang telah ditentukan. Sedangkan Peluang pasar adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.   Membaca peluang pasar merupakan hal yang esensial yang wajib hukumnya bagi seorang entrepreneur. Membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan untuk bagi seorang entrepreneur yang ingin memulai usahanya, namun sebagai pondasi saat kita bergelut di dunia bisnis. Pertama-tama kita harus teliti dahulu konsep dari melihat peluang usaha. Apa yang kita inginkan dari melihat peluang usaha atau peluang bisnis? Jenis bisnis atau usaha untuk kita tekuni, benar. Apa yang kita cari dari usaha atau bisnis yang kita tekuni?

Melihat

Membaca peluang pasar diibaratkan seperti seorang anak yang ingin membaca namun sebelum ia bisa membaca  maka ia harus bisa melihat hal apa saja yang harus ia baca. Dalam hal membaca peluang pasar, maksud dari melihat dalam hal ini adalah kita melihat apa yang menjadi masalah dari berbagai hal yang terjadi di sekitar kita dan siapa yang mengalami masalah tersebut,  yang kemudian kita cari celah agar kita dapat menembus  di dalam celah-celah  tersebut.

Membaca

Setelah kita melihat  mengenai masalah yang terjadi, kemudian semuanya kita baca secara perlahan tentang apa yang telah kita lihat dan dengar.  Penting untuk diketahui, kita membaca bukan untuk menghafal, tetapi untuk memahami. Demikian juga yang terjadi pada tahap membaca berikut ini, Usaha kita tidak akan pernah sukses apabila kita terpaku pada teori. Sebaliknya apabila kita memahami apa yang telah kita lihat dan pahami, hasilnya akan lebih baik daripada kita menghafal.

 

Sebelum anda memulai usaha, anda juga harus mempertimbangkan hal penting dalam memulai usaha. Seperti :

 

1.Jenis produk

2.Jenis usaha

3.Target konsumen

4.Lingkungan

5.Legalitas

6.Modal

7.Beresiko kecil

Dan tidak hanya hal tersebut saja tetapi kita harus melihat beberapa aspek berikut ini:

  1. Jenis Usaha, sebagai wirausahawan kita harus mempunyai Visi dan Misi. Jika usaha bersifat tren, usaha itu tidak akan berlangsung lama setelah bergantinya tren jaman, namun usaha itu akan mempunyai prospek saat tren itu menjadi top topik jaman itu. Jika usaha bersifat intuisi, atau dengan kata lain adalah obsesi, cita-cita, sebaiknya pikirkan ulang dan buat suatu hal yang unik dan berbeda
  2.  Usaha Di Sekitar kita, Jika kita sudah menemukan jenis usaha, kita harus melihat satu aspek lagi, yaitu melihat usaha di sekitar. Banyaknya pesaing mengakibatkan produk kurang terjual, bahkan yang mengerikan adalah tidak terjualnya produk kita. Kita harus melihat para pesaing dan kita harus yakin kita akan berhasil, terlebih kita harus mencobanya! Jangan takut mencoba, karena kita tahu bahwa langkah yang jauh dimulai dari langkah pertama.
  3.  Target Pasar, Produk bisa terjual jika terdapat pasar yang mana produk tersebut akan terjual di dalamnya. Tentukan pasar, atau tempat entah itu kota lain, pulau lain, bahkan ekspor ke negara lain jika perlu agar produk tersebut terjual.
  4.  Teliti dan kaji baik-baik, karena itu akan mendapatkan keuntungan hanya dari produk yang terjual. Apakah produk tersebut cepat habis, sehingga pelanggan mempunyai traffic atau perputaran omzet yang banyak?

 

MEMBACA PELUANG PASAR


            Ide bisnis ada di sekitar kita.  Ide bisnis berasal dari analisis yang cermat terhadap tren pasar dan kebutuhan konsumen, meskipun ada juga ide bisnis yang diperoleh secara kebetulan. Jika Anda tertarik untuk memulai suatu usaha, tetapi tidak tahu apa produk atau jasa yang akan Anda jual, maka anda perlu mengeksplorasi cara-cara untuk mendapatkan ide bisnis, seperti yang kami paparkan berikut ini:

1) Tanyakan pada diri Anda, keterampilan apa yang Anda miliki

– Apakah Anda memiliki keterampilan atau prestasi yang  bisa menjadi dasar dari bisnis yang menguntungkan?
– Untuk menemukan ide bisnis yang layak, tanyakan pada diri sendiri,  “Apa yang bisa saya lakukan, apa kemampuan yang saya miliki dan orang akan bersedia membayar produk atau jasa saya tersebut?”

 

2) Tambahkan nilai produk yang sudah ada

Perbedaan antara kayu mentah dan kayu jadi merupakan contoh dari penambahan nilai produk melalui suatu   proses.  Selain  penambahan  nilai  melalui proses,  Anda juga dapat menambah layanan, atau menggabungkan produk dengan produk lainnya. Misalnya menyediakan layanan delivery disamping layanan pada gerai.

 

 

 

3) Ciptakan produk atau jasa baru

Mari kita pikirkan keadaan 30 tahun yang lalu.  Apakah ada permintaan besar terhadap software anti-virus anda Internet Service Provider?  Tidak ada! Produk-produk tersebut lahir dari masalah dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sekarang, anak-anak muda Indonesia banyak berkecimpung di dunia bisnis IT, seperti membangun aplikasi smartphone.

 

Berikut tips cara memanfaatkan peluang usaha :

1. Melakukan Riset Pasar
2. Mempersiapkan dan menyusun rencana
3. Patuh terhadap aturan
4. Strategi Pemasaran yang tepat sasaran
Jika ke empat poin dasar diatas sudah kita lakukan, maka hal yang paling penting adalah mempraktekannya. Anda harus berani memulai wirausaha atas ide-ide anda sehingga anda akan tahu peluang usaha yang sedang dijalankan adalah peluang usaha yang benar-benar bagus.Jangan takut untuk memulai usaha.

SUMBER

http://www.wirausahawanonline.com/cara-melihat-peluang-usaha.html

://juliusgruchies.blogspot.com/2011/11/membaca-peluang-pasar.html

http://juwitaaroem.blogspot.com/2011/10/membaca-peluang-pasar.html

 

TAG QUESTION

0

1.   They want to come, don’t they?
2.   They won’t be here, will they?
3.   He has learned a lot in the last couple of years, hasn’t he?
4.   She has not a car, doesn’t she?
5.   Joan can’t come with us, can she?
6.   Those aren’t your books, are you?
7.   Everyone can learn how to play the violin, can’t they?
8.   Something is wrong with you today, isn’t it?
9.   Nothing is wrong, isn’t it?
10. She went to the campus yesterday, didn’t she?
11. You had a good time last week, hadn’t you?
12. You should have for the airport by six, shouldn’t you?
13. She doesn’t have cats, does she?
14. Nobody has told you the secret, did they?
15. I am right, aren’t  i?
16. Let’s study English, shall we?
17. He is never late to class, is he?
18. Your parents haven’t arrived yet, have you?
19. Class ends at 11.00, isn’t it?
20. Mala sat next to Ria last meeting, didn’t she?

JAMIE’S CHARITY CHALLENGE

0

Next month he’s flying to Nepal with five friends to began three week trek of the Himalayas. Jamie, 20, is aiming to raise money for young disable people at the same time. His younger sister, Jackie, who is paralysed and in a wheelchair, is the inspiration for Jamie’s trip. There’s a charity called Go Getters. It helps young people who are seriously ill or who are disable, like my sister. ‘I always enjoy travelling abroad, especially on unusual adventures, so it’s a great way to combine a holiday with helping people, says Jamie, a Sociology student at Edinburgh University.

 

Jamie is raising e5000 before he goes. A small part of the money pays for his flight and the rest goes to Go-Getters, which organises holidays and other leisure activities for young disable people. The charity hopes to the use the money to buy a new minibus, specially designed for people in wheelchairs. Jamie is amazed by the response of other student to his unusual idea. ‘They all want to help me. It’s fantastic! Next week all the another student in my group are doing 24 hour sponsored silence. People are going to pay us to keep quiet! Some of the lecturers are going to do it  as well for some of them it’s going to be very difficult!

 

At the moment, Jamie is training for the trip. He goes to the gym ever morning, goes running every evening and goes swimming four times a week. Jamie is also following as special high-protein diet of fish, fruit and eggs. We re going to walk throught the high Himalayas four about seven hours every day for almost three weeks, so we need to be very fit! We’re  all really excited about it, but I also feel nervous. It’s certainly a big challenge for of us.

 

And what does Jackie think of Jamie’s plans? It’s a great idea but a little bit crazy too! I’m so proud that Jamie and his friends want to help!  ‘Anybody who is interested in sponsoring Jamie’s trip should trip should contact the Gazette.

 

COMMENT:

Next month he’s flying to Nepal with five friends to began three week trek of the Himalayas. Jamie, 20, is aiming to raise money for young disable people at the same time. Jamie is raising e5000 before he goes. A small part of the money pays for his flight and the rest goes to Go-Getters.

 

 

 

 

A MODEST HERO

0

The story really began in 2002, when Janek who comes from marlbork in Poland was thirteen years old. He was playing table tennis with some school friends when it studdenly started raining heavily. Most of Janek’s friends ran home, but Janek and a friend decided to shelter from the storm in a small building. The building was actually an electricity substantion and Janek suffered a shock 15000 volts. He lost his left arm and a leg in the accident. Janek spen the next few months in hospital. His prent contacted the famous polish explorer, Marek Kaminski, who was a family friend. They hoped that Marek could cheer Janek up and encourage him not to lose hope. But Marek come up with a much more ambitious idea he wanted Janek to make a trek with him to the North Pole.

 

After the left hospital, Janek had to catch up with his schoolwork but he also began to train intensively for the expedition. Over the next year and a half, Janek had to learn to swim and ride a bike again. He also took up skiing, wich he had never tried before. In may 2004, Janek and Marek out on the long walk to the North Pole. The weather was horrendous and often after a day’s walking they were only two or three kilometres closer to the Pole than the previous day. But on 24 may Janek became the first disable person to ski unassisted to the North Pole. Janek’s Antartic expedition seven months later was even more challenging. Sometimes the temperature fell to minus thirty-five degrees and winds reached 100 km an hour. Janek celebrated his sixteen birthday, 30 December 2004 in terrible conditions about thirteen kilometers from South Pole. His birthday present was two bars of chocolate! But Janek finally reached the South Pole the next day and the same time he broke another world record the youngest person, and the first disable person, to reach both the North and South Poles in the same year.

 

During his absencefrom Poland. Janek had become a hero and not just to other disable people. Many young people told Janek that his story had thaught them that his history had thaught them that it was important to give yourself difficults goals in life. ‘sometimes suffering can destroy a person and sometimes it can make him or her stronger,’ says Janek’s mother. Despite Janek’s fame dan success, he is still a modest schoolboy who worries that he has fallen behind with his schoolwork. But he is certain that he will make another expedition in the future ‘Perhaps Siberia is next,’ he says. And he isn’t joking.

 

COMMENT:

In 2004, Janek Manela became the youngest person in history to ski unassisted to the north pole. Six month later, Janek travelled to Antartica with a new global to walk to the south pole. An unbelievable challenge for any teenager. But for the people who knew Janek, his story was even more incredible.  

 

 

 

WHY SLEEP IS THE BEST MEDICINE

0

It’s late at night and you have and important exam in the morning. You’re sitting with your notes and book and you’re beginning to feel tired. Should you listen to your mother’s advice and go to bed? Or should you stay up all night and try to learn? Well, scientists say that our mothers are probably right it’s best go to bed early before a big exam. Last year in germany, scientists looked into the effects of sleep on university student. They found out that student who had at least four hours of sleep did better in exam. It also turned out that the student who had a lot sleep had better scores in IQ tests. So why is sleep good for our brains?

 

First of all, scientists believe that after a hard day of thinking, our memories are very messy. Sleep help to tidy up our thoughts and memories and to put everything in the right place again. Because of this, it’s easier to remember facts clearly, wich, of course, is important in exams. When we sleep, our brains also continue thinking about our problems from the day before. We can sometimes come up with the answers to difficult problems after sleeping. There are many examples of this in history.

 

In the nineteenth century, the cemical structure of the benzene was still a big mystery to scientists. The german chemist Friedrich von Kekule worked on this problem for many years. One afternoon, while he was travelling on a London bus, von Kekule feel asleep. He had a strange dream-snakes were coming towards him with their mounths! When he woke up, von Kekule knew tahat he had the answer to his problem the atoms were arranged in a circle like his funny snakes!

 

But sleep does not only improve our memories and help us to find the answer problem. Scientists believe that we are more creative after sleep too. So, take my advice do you want to remember more in your exam tomorrow? The answer is simple go to bed early!

 

COMMENT:

The article is telling a story about many benefits sleep to our body, good sleep is a minimum 8 hours in one day. First all scientists believe after a hard day of thinking. But sleep does not only improve our memories and help us to find the answer problem  

 

 

 

 

 

OUR CRACOW, OUR COPNHAGEN

0

 

Today twenty-five countries belong to the European Union. More than 450 milion European have the right to live in, work in or travel to other EU countries. Milion of people enjoy friendly contract with their neightbours accros borders. Goverrnment accros Europe pass the same laws about employment, food, transport, healt, and environment. The EU is also the larges free market in the world. A typical European supermarket is full of fresh fruit, vegetables, chees and meat which come from all over Europe. Twelve countries even use the same currency, the euro. In fact, the European union has a very big influence over our lives, but most of us don’t even notice.

But if we look at Europe just three generation ago, we start to understand that the story of the EU is even more surprising, in 1945. European had just experienced the most terrible war in history. Many historians believe that at least forry million people were killed, although such numbers are very hard to calculate. At the end of the war million were homeless and much of European was in ruins. In fact, famine was a bigger problem in 1947 it was  during the war years. Worst of all, many countries still didn’t trust each other. It is perhaps a surprise to learn that the first politician to suggest ‘a United Europe’ after the war was Winston Churchill, the British Prime Minister during the war years. In September 1946, during a meeting in Switzerland, he said that Europeans shou;d come together to create a ‘United States of Europe’.

However, most people, especially in britain, thought  that churcill’s ideas were shocking or even absurd. Eight monyhs later huge conference was organised in the Netherlands. Eight hundred important European academics and politicians were invited. It was already dividen in two. But the idea of’a United Europe’ didn’t die completely. A French politician, Robert Schuman, believed that the only way that France and Germany could become good neightbours again was by cooperating economically. In 1945, six countries agreed to regulare trade, prices and production of coal and steel. The experiment was a success \, and in 1957 the six countries singned t5he treaty of Rome and created the European Economic Community (in 1993, the EEC changed it’s name to the European Union). Nine more countries joined the organisation between 1973 and 1992 and another ten countries became members in 2004. Perhaps De Madariaga’s dream will come true one day after all.

 

COMMENT:

Today twenty-five countries belong to the European Union. More than 450 milion European have the right to live in, work in or travel to other EU countries.  Europe just three generation ago, we start to understand that the story of the EU is even more surprising, in 1945.   Europe just three generation ago, we start to understand that the story of the EU is even more surprising, in 1945             

 

 

 

 

 

 

 

 

PENGARUH NEGATIF DARI SIFAT HEDONIS

0

Pola hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang dalam kehidupan sehari harinya untuk mencari kesenangan duniawi, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatiPerilaku hedonisme dan konsumtif telah merekat pada kehidupan kita. Pola hidup seperti ini sering kita jumpai di kalangan mahasiswa. Dimana orientasinya diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam mengkonsumsi barang secara berlebihan.

Manusiawi memang ketika manusia hidup untuk mencari kesenangan dan kepuasan, karena itu merupakan sifat dasar manusia. Contohnya sekarang, segala macam media informasi merayu kita mengenai gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media informasi. Para remaja berlomba-berlomba mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai kepuasan dan apa yang mereka inginkan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapainya. Salah satunya dengan mencari popularitas dan membelanjakan barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme dan konsumenisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup dan mencapai kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai arus gaya hidup.

Memilih gaya hidup hedonime, terus terang tidak akan pernah memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus. Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka segeralah balik kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagian hidup ada pada hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar spiritual- kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama- buang jauh-jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan – kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, dan kuat mencari rezeki.

COMMENT: Pattern of lifes becomes hedonist is such that find pleasure in life, but usually fun is negative and sometimes deviating from religious norms and norms social.

 

PENGARUH BURUK SIFAT KONSUMTIF

0

Perkembangan teknologi sekarang ini, terutama tentang gadget, telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Istilah global village pun menguak tentang perkembangan teknologi ini. Sehingga jarak dan waktu bukanlah penghalang lagi untuk orang-orang mengakses suatu informasi.Namun, sadarkah kita, perkembangan yang begitu pesat ini ternyata telah melunturkan nilai logika kita dalam mengkonsumsi suatu barang atau benda. Masalahnya, budaya konsumerisme telah berkembang dinegeri ini. Bahkan, mahasiswa yang merupakan salah satu elemen didalam masyarakat, telah terbius dan menjadi salah satu elemen konsumerisme.

Memang tidak ada yang salah dari hal ini. Tapi ketika hal itu menjadi budaya dan dipaksakan karena nilai prestise didalam masyarakat maka, hal itu telah masuk kedalam ketidakrasionalan dalam mengkonsumsi suatu benda.Pasalnya, potret yang terjadi sekarang ini, masyrakat kita cenderung mengkonsumsi suatu benda dikarenakan nilai prestise yang ikut naik ketika mengkonsumsi benda tersebut. Parahnya, hal itu tidak dilihat dari kebutuhan yang diperlukan.

Masyarakat kita (Tidak semua) cenderung menggunakan benda bermerk mahal atau barang impor yang ternyata hanya mengedepankan gaya hidup. Tidak kepada nilai guna suatu barang. Alhasil, budaya berlebihan dalam mengkonsumsi barang menjadi lumrah di negeri ini.Sebut saja mahasiswa yang menggunakan BB mutahkir atau ipad tercanggih. Kegunaanya, mungkin sebatas buka jejaring sosial, dan semacamnya. Belum lagi penggunaan barang bermerk atau barang impor. Parahnya, banyak dari saudara-saudara kita yang berhutang atau mencicil untuk bisa menggunakan barang tersebut.

Inisangat memprihatinkan. Karena pemikiran kita telah dipenaruhi dengan sifat konsumerisme. Hingga akhirnya kita masih terjajah secara moral dan pemikiran oleh suatu perkembangan teknologi yang tidak dikritisi dengan baik. Alangkah lebih baik bila kita tidak menduakan nilai suatu barang dan berorientasi kepada nilai guna.

 

COMMENT: This article inform our understanding of what is the consumptive forms of it and the negative impacts for ourselves and also to country

 

 

SOPAN SANTUN YANG MULAI LUNTUR

0

Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari perkataan yang ia ucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang kasar, menghakimi, menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi, mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang kurang berbudi. Begitu pula dengan penampilan pakaian seseorang, jika ia tak mampu menyesuaikan pakaian dalan situasi tertentu, hal itu menjadikan orang itu tidak mampu menerapkan prinsip kesopanan.

Dalam kehidupan saat ini tampaknya remaja sekarang cenderung kehilangan etika
dan sopan santun terhadap teman, orangtua, guru atau orang lain yang lebih tua. Berbagai
faktor dapat mempengaruhi hal ini. Paparan negatif media televisi, internet dan media
elektronika lainnya ternyata dapat meningkatkan kekerasan dan sifat agresifitas anak.
Belakangan ini ini kondisi lingkungan sering mengabaikan nilai edukasi moral, etika, sopan
santun dan sering mencontohkan kebohongan dan kekerasan baik verbal maupun non
verbal tentunya berpengaruh pada perilaku anak dan remaja.Berbagai kejadian buruk sering dilaporkan bahwa remaja sering melecehkan, perkelahian atau tawuran dengan sesama temannya. Anak membentak orangtua atau anak melawan orangtuanya. Bahkan kejadian tragis sering kita amati di televisi yaitu ada seorang anak yang tega membunuh ibunya atau ayahnya.

Hal ini disebabkan karena budaya sopan kiranya mulai luntur dalam lingkungan masyarakat kita.Dalam budaya ketimuran, berjalan melewati orangtua, guru atau orang yang lebih tua saja harus membungkuk. Sedangkan membantah atau berkata keras saja kepadaguru atau orangtua sudah merupakan tindakan buruk. Memang, untuk hormat kepada
orangtua tidak harus menyembah terlalu dalam, tetapi paling tidak
etika dan kesopanan terhadap orangtua, guru atau orang lebih tua harus tetap dijunjung
tinggi Secara etimologis sopan santun berasal dari dua buah kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah bergabung menjadi sebuah kata majemuk.

COMMENT; Polite should be used amid among communitylife so that created the atmosphere that in the community